MAKALAH Pengetahuan sebagai Materi Pendidikan dalam Perspektif Islam
MAKALAH
Pengetahuan sebagai
Materi Pendidikan dalam Perspektif Islam
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah
“Ilmu Pendidikan Islam”
Yang di bimbing oleh Mursalim

Disusun oleh:
Vivit
Vidayanti (084 134
032)
D2
JURUSAN/PRODI TARBIYAH
PGMI
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI
STAIN JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat,taufik serta hidayah-Nya,
makalah yang membahas tentang Pengetahuan sebagai Materi
Pendidikan dalam Perspektif Islam ini dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Bila dalam penulisan karya
ini terdapat kesalahan, maka itu semua merupakan hal yang tidak disengaja dan
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
penulisan karya tulis
selanjutnya.
Jember, 27 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ....... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ...... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang...................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.......................................................................... ...... 1
C.
Tujuan
Penulisan .......................................................................... ...... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Materi Pendidikan........................................................ ...... 2
B. Konsepsi Islam tentang Pengetahuan.................................................... 2
C. Jenis dan Klasifikasi Pengetahuan Manusia menurut Islam.................. 3
D.
Berbagai Pengetahuan yang harus
menjadi Materi Pendidikan Islam 5
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 6
B.
Saran...................................................................................................... 6
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................... ...... 7
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tanpa pengetahuan proses mengajar dan belajar tentang pengalaman
baru tidak akan dapat diperankankan. Pengetahuan (knowledge) adalah salah satu
perlengkapan dasar manusia di dalam menempuh kehidupan ini[1].
Karena kepribadian manusia dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang diperolehnya. Pentingnya Pengetahuan dapat ditemukan dalam
al-qur’an dengan ayat-ayat beriringan yang memberi titik tolak adanya peranan
penting dan derajat tinggi orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan sebaliknya
juga ada ayat-ayat yang mencela orang bodoh dan tidak mempunyai pengetahuan. Yaitu
disurat Al-Mujadalah (58): 11, Al- Imran (3): 18, tha-ha (20): 114, Al-Ankabuut
(29): 43, ar-Ra’du: 19. Pengetahuan sangat penting untuk manusia bahkan
dijadikan pendidikan. Maka dari itu, penulis mengambil judul “Pengetahuan
sebagai Materi Pendidikan dalam Perspektif Islam”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
Pengertian Materi Pendidikan?
2.
Apa
saja Konsep Islam tentang Pendidikan?
3.
Apa
saja Jenis dan Klasifikasi Pengetahuan menurut Islam?
4.
Pengetahuan
apa saja yang harus menjadi Materi Pendidikan dalam Islam?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui
Pengertian Materi Pendidikan
2.
Mengetahui
segala Konsep Islam tentang Pendidikan
3.
Mengetahui
Jenis dan K;asifikasi Pengetahuan menurut Islam
4.
Mengetahui
berbagai Pengetahuan yang harus menjadi Materi Pendidikan dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Materi Pendidikan
Materi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang
menjadi bahan untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, dikarangkan, dll.
Sedangkan Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan. Istilah materi pendidikan berarti mengorganisir bidang ilmu
pengetahuan yang membentuk basis aktivias lembaga pendidikan, bidang-bidang
ilmu pengetahuan ini satu dengan lainnya dipisah-pisah namun merupakan satu
kesatuan terpadu. Materi pendidikan harus mengacu pada tujuan, bukan sebaliknya
tujuan mengarah kepada suatu materi, oleh karenanya materi pendidikan tidak boleh berdiri sendiri sendiri terlepas
dari kontrrol tujuannya.[2]
Pemilihan
materi di samping harus sesuai dengan tujuan, dituntut pula agar sesuai dengan
subjek didik yang dipelajarinya. Materi yang akan diberikan harus dapat
disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, menarik perhatian, minat, umur,
bakat, jenis kelamin, latar belakang, dan pengalaman. Materi juga perlu
diorganisasikan menurut urutannya dengan memperhatikan keseimbangan dari yang
sederhana kepada yang kompleks, dari yang konkret menuju yang abstrak, sehingga
dapat menuntun para pelajar secara runtun/sistematis, sehingga melahirkan
kurikulum.
B. Konsepsi Islam tentang Pengetahuan
Salah satu gagasan yang paling canggih, komprehensif,
dan mendalam yang dapat ditemukan di
dalam al-qur’an adalah konsep ilmu pengetahuan. Sesungguhnya, tingkat
kepentingannya hanya berada di konsep tauhid, yang mendasar dari al-qur’an.
Pentingnya konsep ini terungkap dalam kenyataan bahwa al-qur’an menyebut akar
kata “ilmu” dan kata turunannya tidak kurang dari 744 kali.[3]
Dalam sejarah peradaban muslim, konsep pengetahuan secara mendalam meresap ke
dalam seluruh lapisan masyarakat dan mengungkap dirinya dalam sebuah upaya intelektual. Tidak ada peradaban lain dalam sejarah yang
memiliki konsep “pengetahuan” dengan semangat yang demikian tinggi dan
mengejarnya dengan amat tekun. Sifat penting dari konsep pengetahuan dalam al-Quran adalah
holistik dan utuh. Di dalam konsep ini tidak terdapat pemisah antara al-quran
dan nilai-nilai. Di dalam Islam, pencarian pengetahuan oleh seseorang bukanlah
sesuatu yang tidak mungkin, tetapi harus, dan dianggap sebagai kewajiban bagi
semua Muslim yang bertanggung jawab (hadits Nabi SAW-pen).
Dengan
ilmu pengetahuan, Allah telah memuliakan manusia. Adam ’alaihis salam diangkat
derajatnya oleh Allah diatas para malaikat karena Allah telah menganugerahkan
kepadanya ilmu pengetahuan, yang tidak diberikan kepada para malaikat. Allah
juga berjanji bahwa Dia akan mengangkat orang-orang yang beriman dan
orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Semua ini mempertegas
kemuliaan orang yang berilmu pengetahuan. konsepsi
Al-Qur’an tentang orang yang berilmu pengetahuan, yaitu orang yang senantiasa
merenungi ayat-ayat kauniyah, lalu sampai pada kesadaran dan pengakuan pada
kebesaran Allah, dan akhirnya sampai pada puncak rasa takut kepada-Nya. ilmu
pengetahuan semestinya mengantarkan pemiliknya pada peningkatan ketakwaan dan
rasa takut kepada Allah. Dan dengan demikian, dalam Islam seseorang baru
disebut berilmu pengetahuan jika ilmu pengetahuan yang dimiliknya
mengantarkannya pada rasa takut yang sangat kepada Allah. Dengan tafsiran
seperti inilah kita memahami firman Allah dalam QS Faathir: ”Sesungguhnya yang
takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu
pengetahuan (ulama).”
C.
Jenis dan Klasifikasi Pengetahuan Manusia menurut Islam
Klasifikasi ilmu pengetahuan dalam konsep islam tidak mengenal
adanya dikotonomi antara ilmu pengetahuan umum dengan ilmu pengetahuan agama.
Tidak benar apabila ada anggapan bahwa ilmu pengetahuan umum adalah ilmu kafir.
Ilmu umum maupun ilmu agama adalah ilmu pengetahuan sumbernya berasal dari
allah SWT. Al-ghozali membagi ilmu pengetahuan menjadi dua jenis: a). ilmu-ilmu
fardu ain, ilmu yang wajib dipelajari oleh semua orang Islam meliputi ilmu-ilmu
agama atau ilmu yang bersumber dari dalam kitab suci Al-quran. b) ilmu-ilmu
yang merupakan fardu kifayah, ilmu-ilmu yang dapat dimanfaatkan untuk
memudahkan urusan duniawi, seperti ilmu hitung, kedokteran, teknik, pertanian,
dan industry.[4]
Ibn Khaldun menjelaskan ilmu manusia adalah mendapat sesuatu
gambaran yang diketahui keadaannya dengan usaha. Ilmu ini berbeda dengan ilmu
malaikat yang lebih tinggi. Namun ilmu malaikat dapat diperolehi oleh nabi dan
rasul kerana mereka telah diberi sifat-sifat khusus oleh Allah untuk menerima
wahyu bagi disampaikan kepada manusia lainnya. Menurut Ibn Khaldun, ilmu yang
wujud dalam diri manusia mempunyai dua sumber, yaitu akal dan wahyu. Menerusi
akal, manusia dibedakan dengan binatang yang tidak dianugerahkan akal dan
fikiran bagi membedakan sesuatu benda.
Ibn
Khaldun mengklasifikasikan ilmu kepada dua, yaitu ilmu yang diperolehi oleh
manusia daripada rasul-rasul dan ilmu yang diperolehi berdasarkan proses akal.
Ilmu yang pertama dinamakan al-Ulum al-Naqliyyah al-Wadiyyah (the
traditional sciences), yaitu ilmu yang didapati melalui rasul Allah
berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah dan yang kedua dinamakan al-Ulum
al-Hikmiyyah al-Falsafiyyah (the philosophical sciences), yaitu ilmu yang
diusahakan oleh akal manusia.
Dalam al-Ulum al-Naqliyyah al-Wadiyyah, Ibn Khaldun
menjelaskan ilmu yang terkandung dalamnya seperti berikut : (1) Ilmu Tafsir
yang menjelaskan lafaz-lafaz al-Quran, (2) Ilmu Qiraah yang menyatakan bacaan
al-Quran, (3) Ulum Hadith yang menjelaskan sanad dan perkhabaran perawi-perawi
tentang Sunnah Rasulullah, (4) Usul Fiqh yang menjelaskan bagaimana mengeluar
hukum-hukum Allah, (6) Ilmu Fiqh yang merupakan hukum yang diperolehi daripada
perbuatan manusia, (7) Ilmu Kalam yang membahaskan aqidah keimanan dan
hujah-hujahnya, (8) Ilmu Bahasa yang meliputi lughah, nahu, bayan dan adab.
Jelasnya, semua ilmu ini adalah berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah. Ibn Khaldun
juga membahaskan ilmu Tasauf, dan Ramalan mimpi dalam khasifikasi ilmu pertama
ini.
Dalam klasifikasi kedua, iaitu al-Ulum` al-Hikmiyyah
al-Falsafiyyah (akal) terdapat beberapa jenis ilmu, yaitu (1) Ilmu
Matematik yang menjelaskan sukatan dan ukuran, (2) Ilmu Handasah (Geometri)
yang membahaskan persoalan ukuran dan timbangan, (3) Ilmu Hay’ah (Astronomi)
yang melihat kepada pergerakan cakrawala, (4) Ilmu Mantiq yang menyatakan cara
menjaga akal dari kesalahan, (5) Ilmu Tabie (Nature) yang mengkaji hal jisim
dan persoalan-persoalan fizik, (6) Ilmu Ilahiyyat (Metafizik) yang membahaskan
persoalan ketuhanan, (7) Ilmu Sihir, (8) Ilmu Rahsia Huruf, dan (9) Ilmu Kimia.
Setiap
ilmu ini mempunyai cabang-cabang ilmu yang lain. Sebagai contohnya, ilmu
Matematik akan melahirkan ilmu Arithmatik, ilmu Hisab, ilmu Mua’malat dan ilmu
Faraid; ilmu Tabie / Fizik akan melahirkan ilmu kedokteran dan ilmu Pertanian.
Secara ringkasnya ilmu ini adalah berdasarkan pengalaman dan pemikiran manusia.
Pengklafikasian
ilmu oleh Ibn Khaldun secara umumnya mempunyai persamaan dengan tokoh-tokoh
sebelumnya seperti al-Farabi dalam kitabnya Ihsa’ al-Ulum dan
al-Ghazali dalam Ilya’ Ulumuddin, Kitab al-Ilm.
Al-Ghazali sebagai contohnya menggunakan istilah syar’iyah (syariah)
dan ghayr al-syar’iyah (bukan syariah) sebagai ganti kepada
pembahagian Ibn Khaldun.
D.
Berbagai Pengetahuan yang
harus menjadi Materi Pendidikan Islam
Materi-materi
yang diuraikan dalam al-qur’an menjadi bahan-bahan pokok pelajaran yang
disajikan dalam proses pendidikan Islam, baik formal maupun non-formal. Oleh
karena itu, materi pendidikan Islam harus dipahami, dihayati, diyakini, dan
diamalkan dalam kehidupan umat Islam. Menurut pandangan Prof. Dr Mohammad
Fadhil al-Djamali, semua jenis ilmu yang terkanung di dalam al-qur’an harus
diajarkan kepada anak didik. Ilmu-ilmu tersebut meliputi: ilmu agama, sejarah,
ilmu falak, ilmu bumi, lmu jiwa, ilmu kedokteran ilmu pertanian, bioogi, ilmu
hitung, ilmu hukum, perundang-undangan, ilmu kemasyarakatan (sosiologi), ilmu
ekonomi, balaghah, ilmu bahasa Arab. Ilmu pembelaan Negara, dan segala
ilmu yang dapat mengembangkn kehidupan umat manusia dan yang mempertinggi
derajatnya.[5]
Bila dilihat
dari urgensinya, Ibnu Khaldun membagi ilmu pengetahuan sebagai berikut:
1.
Ilmu
syariah dengan semua jenisnya.
2.
Ilmu
filsafat, termasuk ilmu alam dan ilmu ketuhanan.
3.
Ilmu
alat yang bersifat membantu ilmu-ilmu agama, seperti ilmu lughah, dll
4.
Ilmu
alat yang membantu falsafah, seperti ilmu mantik (logika)
Menurutnya, ilmu pengetahuan tersebut banyak bergantung
pada kepandaian guru dalam mempergunakan metode yang tepat dan baik. Oleh
karena itu, guru wajib mengetahui faedah dari suatu metode yang dipergunakan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Materi
pendidikan berarti mengorganisir bidang ilmu pengetahuan yang membentuk basis
aktivias lembaga pendidikan, bidang-bidang ilmu pengetahuan ini satu dengan
lainnya dipisah-pisah namun merupakan satu kesatuan terpadu. Materi pendidikan
harus mengacu pada tujuan, bukan sebaliknya tujuan mengarah kepada suatu
materi, oleh karenanya materi
pendidikan tidak boleh berdiri sendiri sendiri terlepas dari kontrrol tujuannya
Dalam sejarah
peradaban muslim, konsep pengetahuan secara mendalam meresap ke dalam seluruh
lapisan masyarakat dan mengungkap dirinya dalam sebuah upaya intelektual. Di dalam konsep ini tidak terdapat
pemisah antara al-quran dan nilai-nilai. Di dalam Islam, pencarian pengetahuan
oleh seseorang bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, tetapi harus, dan dianggap
sebagai kewajiban bagi semua Muslim yang bertanggung jawab (hadits Nabi
SAW-pen).
Al-ghozali membagi ilmu pengetahuan menjadi dua jenis: a).
ilmu-ilmu fardu ain, ilmu yang wajib dipelajari oleh semua orang Islam meliputi
ilmu-ilmu agama atau ilmu yang bersumber dari dalam kitab suci Al-quran. b)
ilmu-ilmu yang merupakan fardu kifayah, ilmu-ilmu yang dapat dimanfaatkan untuk
memudahkan urusan duniawi, seperti ilmu hitung, kedokteran, teknik, pertanian,
dan industry. Ibn Khaldun mengklasifikasikan ilmu kepada dua, yaitu ilmu yang
diperolehi oleh manusia daripada rasul-rasul dan ilmu yang diperolehi
berdasarkan proses akal
Menurut pandangan Prof. Dr Mohammad
Fadhil al-Djamali, semua jenis ilmu yang terkanung di dalam al-qur’an harus
diajarkan kepada anak didik. Ilmu-ilmu tersebut meliputi: ilmu agama, sejarah,
ilmu falak, ilmu bumi, lmu jiwa, ilmu kedokteran ilmu pertanian, bioogi, ilmu
hitung, ilmu hukum, perundang-undangan, ilmu kemasyarakatan (sosiologi), ilmu
ekonomi, balaghah, ilmu bahasa Arab. Ilmu pembelaan Negara, dan segala
ilmu yang dapat mengembangkn kehidupan umat manusia dan yang mempertinggi
derajatnya.
B.
Saran
Diharapkan
kepada pembaca untuk mencari pengetahuan, karena konsep pengetahuan dalam Islam
hukumnya wajib. Oleh karenya, iman dan ilmu pengetahuan harus seimbang. Karena
keduanya saling memperkokoh dan mempengaruhi. Sehingga orang yang bertambah
pengetahuannya maka imannyapun bertambah kuat.
DAFTAR
PUSTAKA
Saleh,
Abdurrahman Abdullah. 1994. Teori-Teori Pendidikan berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta:
PT RINEKA CIPTA.
Alim,
Muhammad. 2006. Pendidikan Agama
Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Fajrie,
Ismail Alatas. 2006. Sungai tak bermuara Risalah Konsep Ilmu dalam Islam. Jakarta:
Diwan.
Arifin.
2014. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis berdsarkan
Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT Bumi Aksara
[1]
Dalam buku
karangan Dr. Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan berdasarkan
Al-Quran. Hal. 89
[2] Dalam buku
karangan Dr. AbdurrahmanSaleh Abdullah. Teori-Teori
Pendidikan berdasarkan Al-Qur’an. Hal. 159
[3] Dalam buku karangan
Drs. Muhammad Alim, M.Ag. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim. Hal. 205
[4]
Dalam buku karangan Ismail Fajrie Alatas. Suungai tak bermuara Risalah
Konsep Ilmu dalam Islam. Hal. 33
[5]
Dalam buku karangan Prof. H.M. Arifin, M.Ed. Imu Pendidikan Islam Tinjauan
Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendektan Interdisipliner. Hal. 137
|

3 Komentar:
trimakasih gan... sangat bermanfaat banget
semoga semakin sukses....
izin copas gan buat tugas..
sukses selalu....
mohon izin copas nggeh mbk
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda